Asset Publisher

Partisipasi-partisipasi dalam acara

POSTGRADUATE COURSE MENGENAI EKONOMI PASAR SOSIAL 2013

Seperti tahun lalu, tahun ini pun KAS Indonesia kembali menyelenggarakan sebuah postgraduate course dengan tema ekonomi pasar sosial. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan Universitas Paramadina Jakarta. Sebanyak 24 peserta berkumpul dari tanggal 18 hingga 23 November di Parapat, di tepi danau Toba, Sumatera Utara, untuk mengenal prinsip-prinsip ekonomi pasar sosial

Asset Publisher

Dr. Jan Woischnik, Pimpinan KAS Indonesia, sangat senang dengan kehadiran ke-24 peserta terpilih untuk postgraduate course ini, yang terdiri dari dosen-dosen ilmu ekonomi serta wartawan ekonomi. Para peserta ini hadir memenuhi undangan dari KAS dan berkumpul di Parapat, Sumatera Utara, untuk bersama-sama dengan para pembicara mengenal lebih jauh prinsip-prinsip serta ciri-ciri ekonomi pasar sosial. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mendiskusikan kemungkinan penerapan model ekonomi ini dalam menangani berbagai tantangan sosial ekonomi yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Para peserta tidak hanya berasal dari Sumatera melainkan juga dari pulau Jawa dan Bali. Tahun ini Profesor ekonomi asal Jerman Marcus Marktanner untuk ketiga kalinya menjadi nara sumber. Sejak tahun 2011, Prof. Marktanner bekerja di Kennesaw State University di negara bagian Atlanta, Amerika Serikat. Sebelumnya, ia hidup dan bekerja selama delapan tahun di Libanon dan oleh sebab itu sangat kenal dengan dunia serta ekonomi Islam. Selain kegiatannya dalam bidang ilmu pengetahuan mengenai ekonomi pasar sosial, ia juga berperan dalam perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Dalam hal ini, ia menjadi penasihat dalam World Food Programme. Selain dirinya yang menjadi pembicara dalam postgraduate course kali ini, hadir pula dosen-dosen Indonesia yaitu Prof. Dr. Ir. Eriyatno (dari Institut Pertanian Bogor), Dr. Elan Satriawan (dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta) serta Bima Priya Santosa (dari Universitas Paramadina Jakarta). Sayang, Rektor Universitas Paramadina Dr. Anies Baswedan, Young Global Leader (dari forum ekonomi dunia) serta salah satu dari 100 kaum intelektual terpenting versi Foreign Policy Magazine, tidak dapat menghadiri kegiatan tahun ini.

Tugas: Menulis Undang-Undang

Di awal pidatonya mengenai „Sejarah ekonomi pasar sosial“, Profesor Marcus Marktanner menjabarkan kesamaan mendasar dari sejarah ekonomi Jerman dan Indonesia untuk menunjukkan kemungkinan serta berbagai batasan dari penerapan ekonomi pasar sosial di negara kepulauan ini untuk mengatasi krisis ekonomi yang dihadapinya. Dalam penjabarannya, ia terutama mengungkapkan peran negara dalam bidang ekonomi serta hubungan antara perkembangan ekonomi dan sosial. Dalam simulasi kelompok para peserta kemudian berdiskusi mengenai tuntutan terhadap Undang-Undang politik serta ekonomi sebuah negara untuk mencapai keadilan ekonomi. Hasil dari diskusi ini kemudian dipresentasikan di depan seluruh peserta oleh masing-masing kelompok. Dalam presentasi berikutnya dari Prof. Dr. Ir. Eriyanto yang telah pensiun, mengemukakan pengalamannya yang sudah begitu banyak serta memuji ekonomi pasar sosial sebagai model ekonomi yang telah terbukti serta dapat digunakan sebagai panutan bagi ekonomi makro terbesar di Asia Tenggara, Indonesia.

Ibn Khaldun: Ekonomi Pasar Sosial Pada Abad ke-14

Pada hari kedua, Profesor ekonomi asal Jerman, Marktanner, bekerja sama dengan para peserta dalam menentukan prinsip-prinsip terpenting sebuah ekonomi politik dari sudut pandang ekonomi pasar sosial. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa pada abad ke-14 pun filsuf Islam Ibn Khaldun telah menjabarkan prinsip-prinsip ini dalam tulisannya dan dengan demikian telah memiliki bayangan mengenai ekonomi pasar sosial, di mana negara berperan sebagai „supervisor“. Para peserta terlihat sangat tertarik dengan pemaparan Prof. Marktanner dan mengajukan banyak pertanyaan. Terutama para peserta dari Propinsi Banda Aceh, yang banyak bergerak dalam bidang ekonomi Islam mendapatkan pencerahan baru bahwa ekonomi pasar sosial bukan hanya sekedar „model barat murni“. Setelah penjabaran ini terjadi diskusi yang sangat menarik. Sepanjang satu minggu ini pun para peserta terlihat sangat aktif dan banyak berdiskusi. Pada hari ketiga Dr. Elan Satriawan menjabarkan tantangan-tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam perkembangan ekonominya – pemberantasan kemiskinan serta ketidakadilan sosial: Kemajuan makro ekonomi Indonesia setelah krisis ekonomi di Asia pada akhir tahun 1990-an tidak mencapai seluruh lapisan masyarakat, sehingga setengah dari masyarakat masih tetap berpenghasilan kurang dari dua Dollar US per hari. Oleh sebab itu, kesuksesan ekonomi makro Indonesia sering digambarkan sebagai „Pertumbuhan tanpa Perkembangan“. Pertumbuhan ekonomi serta bertahannya gross domestic product pada angka yang tinggi terutama disebabkan oleh eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab seperti terhadap batu bara, biji-bijian serta kayu. Permintaan dalam negeri yang besar, yang didorong oleh konsumerisme masyarakat kelas menengah juga mendukung pertumbuhan ini. Namun di saat yang sama, pertumbuhan ini tidak disertai dengan perkembangan yang seimbang karena tidak adanya investasi jangka panjang yang berkesinambungan. Infrastruktur negara ini sangat buruk, sistim pendidikannya termasuk salah satu yang paling lemah di seluruh Asia dan pelayanan kesehatan terutama di daerah-daerah terpencil sangat minim. Ditambah lagi, dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia masih terkenal sebagai negara yang menjadi konsumen dan bukan produsen dari berbagai barang serta jasa. Contoh yang terbaik untuk hal ini ialah bahwa meski negara kepulauan ini memiliki lahan yang begitu luas, ia tidak mampu memproduksi cukup beras untuk konsumsi hampir 250 juta masyarakatnya.

Ekonomi Pasar Sosial Sebagai Garis Pedoman Politik Untuk Indonesia

Pada hari terakhir dari seminar ini, Bima Priya Santosa dari Universitas Paramadina secara eksplisit memaparkan mengenai krisis ekonomi di Asia saat ini serta masalah-masalah yang dihadapi oleh Indonesia secara khusus. Setelah itu Prof. Marktanner sekali lagi menjabarkan persamaan serta perbedaan dari ideologi bangsa Indonesia, Pancasila, dengan ekonomi pasar sosial, untuk kemudian bersama dengan para peserta melakukan analisa berdasarkan kriteria-kriteria terpilih, sejauh mana prinsip-prinsip model ekonomi ini telah diimplementasikan di Indonesia dan tantangan-tantangan apa yang mungkin dihadapi di masa yang akan datang. Seluruh peserta kemudian sepakat, bahwa konsep ekonomi pasar sosial ini dapat berperan sebagai pedoman dalam menghadapi tantangan-tantangan ekonomi dan sosial di Indonesia.

KAS Sebagai Seismograf: Sudah Sejak Tahun 2009 Menyelenggarakan Kegiatan Dengan Topik Ekonomi Pasar Sosial

Sudah sejak tahun 2009, prinsip-prinsip ekonomi pasar sosial ini menjadi topik dalam postgraduate course. Hal yang ingin diperkenalkan dengan model ekonomi pasar sosial ini ialah sebuah sistem ekonomi dan sosial dengan orientasi kemakmuran yang demokratis, berkesinambungan serta adil, sebagai alternatif terhadap model liberal kapitalis atau populis patriarkal. Diharapkan, melalui postgraduate course ini dapat terbentuk para elit ekonomi, politik serta administratif, yang dapat berperan sebagai multiplikator. Dengan latar belakang berbagai pertanyaan seputar politik ekonomi yang berkesinambungan serta adil yang sedang banyak dilontarkaan di Indonesia saat ini, topik ini menjadi sangat menarik. Sampai saat ini sudah beberapa ratus ahli dalam bidang ekonomi dari seluruh Indonesia yang mengambil bagian dalam training selama satu minggu ini. Selain itu pada tahun 2012 lalu, sekelompok peserta terpilih telah diundang oleh KAS untuk melakukan kunjungan ke Jerman selama sepuluh hari untuk mengenal implementasi praktis dari prinsip-prinsip ekonomi pasar sosial.

Teks dan foto: Lukas Kopp-Ostrowski

Asset Publisher

kontak

Thomas Yoshimura

Thomas Yoshimura

Leiter des Auslandsbüros Korea Interimsleiter des Auslandsbüros Japan bis Juli 2024

thomas.yoshimura@kas.de +82 2 790 4774 +82 2 793 3979
Partisipasi-partisipasi dalam acara
28 November 2013
Baca sekarang

comment-portlet

Asset Publisher